top of page
Writer's pictureDavid Syahputra

FIRMAN ALLAH


Tidak ada buku seperti Alkitab yang amat disukai, namun sangat dibenci dan sekaligus dikecam. Banyak juga orang yang telah mati karena mencari Alkitab. Sebagian lagi dibunuh karena Alkitab. Buku itu telah mengilhami orang yang paling terkemuka dengan tindakan-tindakan yang paling luhur, tetapi juga dikecam karena kemerosotan.


Dosa membatasi penyataan diri Allah melalui ciptaan karena tersamarnya kemampuan kita menafsirkan kesaksian Allah. Dengan kasih, Allah memberikan penyataan istimewa tentang diriNya untuk membantu kita memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Melalui Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Ia mengungkapkan diri-Nya kepada kita dengan cara yang istimewa, sehingga tidak ada lagi pertanyaan mengenai sifat kasih sayang-Nya.

Melalui sarana Kitab Suci, Allah menerobos mental, moral dan keterbatasan rohani kita, mengkomunikasikan keinginan-Nya untuk menyelamatkan kita.


FOKUS KITAB SUCI

Alkitab menyatakan Allah dan membeberkan umat manusia. Buku itu menyampaikan bahwa kita sudah hilang, jauh dari Allah, serta menyatakan Yesus satu-satunya yang mencari dan membawa kita kembali kepada Allah. Yesus Kristus adalah fokus Kitab Suci. Perjanjian Lama menyatakan Anak Allah sebagai Mesias, Penebus dunia: Perjanjian Baru menyatakan Dia sebagai Yesus Kristus, Juruselamat. Kematian Yesus di kayu salib merupakan puncak penyataan tabiat Allah. Salib membuat ini sebagai puncak pernyataan karena salib itu mengemukakan dua hal yang amat berbeda: jahatnya manusia yang tidak terduga dan kasih Allah yang tidak habis-habisnya.

 

OTORITAS KITAB SUCI

Para penulis Alkitab tidak menyatakan bahwa merekalah yang membuat pesan yang disampaikan mereka melainkan pesan itu diterima mereka dari sumber Ilahi. Hanyalah dengan penyataan Ilahi mereka dapat “melihat” kebenaran yang telah disampaikan mereka (baca Yes. 1:1; Am. 1:1; Hab. 1:1; Yer. 38:21). Para penulis ini menunjuk bahwa Roh Kudus inilah yang berhubungan dengan nabi-nabi, yang kemudian meneruskannya kepada umat (Neh. 9:30; bandingkan dengan Za. 7:12). Raja Daud berkata, “Roh Tuhan berbicara dengan perantaraanku, firman-Nya ada di lidahku” (2 Sam. 23:2). Yehezkiel menulis, “kembalilah rohku ke dalam aku,” “Roh Tuhan meliputi aku,” “maka aku diangkat oleh Roh” (Yeh. 2:2; 11:5, 24, Terjemahan Lama). Lalu Mikha memberi kesaksian, “Tetapi aku ini penuh dengan kekuatan, dengan Roh Tuhan” (Mi. 3:8).

 

PENGILHAMAN KITAB SUCI

Rasul Paulus menyatakan bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah” (2 Tim. 3: 16). Kata Yunani Theopneustos, diterjemahkan dengan kata “diilhamkan”sebenarnya secara harfiah berarti “dihembuskan Allah.” Allah “menghembuskan” kebenaran ke dalam pikiran manusia. Kemudian giliran manusia itulah untuk mengekspresikannya dalam kata yang kemudian menjadi Kitab Suci. Oleh karena itu, ilham atau inspirasi adalah sebuah proses yang digunakan Allah untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran-Nya yang abadi. Proses Inspirasi. Wahyu atau pernyataan Ilahi diberikan melalui inspirasi yang diberikan Allah kepada “orang-orang berbicara atas nama Allah” yang digerakkan oleh “dorongan Roh Kudus” (2 Ptr. 1:21).


Pernyataan-pernyataan ini diwujudkan dalam bahasa manusia dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, namun tetap merupakan kesaksian Allah. Allah memberi ilham kepada manusia bukan kata demi kata. Penulis-penulis Alkitab adalah pena Allah”yang menuliskan, bukan pena Dia.”


Alkitab adalah pernyataan kebenaran Ilahi di dalam bahasa manusia. Karena keterbatasan kita sebagai manusialah yang merintangi apa yang dapat dikomunikasikan-Nya kepada kita. Persamaan seperti itulah yang terdapat antara Yesus, yang menjelma menjadi manusia, dengan Alkitab:’ Yesus adalah Allah yang juga manusia, yang Ilahi dan manusia disatukan. Oleh karena itu, Alkitab adalah paduan yang Ilahi dan manusiawi. Sebagaimana yang telah dikatakan mengenai Kristus, demikian pula dikukuhkan mengenai Alkitab bahwa “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh. 1:14).

 

KESATUAN KITAB SUCI

Sekalipun ditulis dalam generasi yang berbeda, kebenaran-kebenaran yang terdapat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tetap tidak dapat dipisahkan; kedua- Firman Tuhan Allah 27 nya saling tidak bertentangan. Kedua saksi itu satu sebagaimana Tuhan Allah esa adanya. Perjanjian Lama, melalui nubuatan-nubuatan dan perlambang, menyatakan Injil Juruselamat yang akan datang; Perjanjian Baru, melalui kehidupan Yesus, menyatakan Juruselamat yang telah datang—Injil dalam wujud yang nyata.


Di dalamnya akan kita temukan kekayaan berkat yang pasti akan keselamatan kita. Kita dapat mengungkapkannya bagi diri sendiri, karena Kitab Suci “diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Melalui Kitab Suci itulah kita dapat “diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim. 3:16, 17).

22 views0 comments

Comments


bottom of page